Tahura Djuanda, Sensasi Wisata Hutan di Bandung Raya

Update: Artikel ini terpilih sebagai salah satu pemenang hadiah hiburan Kompetisi Blog Universitas Esa Unggul 2021.

Wisata ke Bandung (Kawasan Bandung Raya). Selalu menarik di setiap kunjungannya. Bandung punya segudang pilihan kuliner, wisata belanja yang bervariasi, berbagai spot wisata selfie, tempat napak tilas sejarah, dan tentu saja wisata alamnya yang memukau.

“Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum”

Perkataan Martinus Antonius Weselinus (M.A.W) Brouwer, ada benarnya. Cekungan Bandung walau sebetulnya zona rawan bencana tapi juga zona rawan jatuh cinta. Setidaknya jatuh cinta pada alam yang ditawarkannya. Berwisata menikmati alam di Bandung Raya, banyak pilihannya. Mulai dari menikmati hamparan kebun teh, melongok kawah aktif Gunung Tangkuban Parahu, menikmati pepohonan pinus yang menjulang. Dan tentu saja wisata alam favorit saya Taman Hutan Raya Ir.H. Djuanda. Atau yang lebih dikenal dengan nama Tahura Djuanda.

Berkunjung ke Tahura Djuanda.

Pintu Gerbang Utama Dago dari dalam kawasan Tahura Dago. Photo oleh Bena Suardihan.

Berkunjung ke Tahura Djuanda, kamu bisa menikmati sensasi Wisata hutan hujan tropis yang nyata. Sebagai Tahura pertama yang di Indonesia yang diresmikan melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1985. Biodiversitas di Tahura Djuanda masih terjaga. Fungsinya sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan hingga pemanfaatan secara lestari sebagai kawasan ekonomi wisata masih berlangsung dengan baik. Berbagai keragaman flora dan fauna ada di Tahura Djuanda. Salah satunya adalah kera ekor panjang yang sering kali lalu lalang di jalan setapak di kawasan ini.

Akses dan Lokasi.

Berlokasi di kawasan Dago – Ciburial, menuju Tahura Djuanda dari pusat Kota Bandung tidaklah sulit. Bisa diakses dengan kendaraan umum yang tujuan akhirnya Terminal Dago kemudian menggunakan ojeg yang biasa mangkal di Terminal Dago. Jarak tempuhnya sekitar 5 – 10 menit tergantung keadaan lalu lintas dari Terminal Dago. Menggunakan transportasi online atau transportasi pribadi pun tidak sulit. Cukup search di map “Tahura Djuanda” maka kamu akan diarahkan untuk menuju pintu gerbang utama Tahura Djuanda.

Hasil search “Tahura Djuanda” di Google Maps. Kamu akan diarahkan ke pintu utama yang berada di kawasan Dago.

Ya, pintu akses kawasan tahura setidaknya ada 3 yang mudah diakses. Pintu utama di kawasan Dago, pintu kawasan Maribaya – Curug Ciomas Maribaya dan pintu kawasan Tebing Keraton. Jika pintu utama kawasan Dago dan kawasan Maribaya – Curug Ciomas Maribaya merupakan pintu masuk ke kawasan hutan. Maka pintu kawasan Tebing Keraton khusus untuk masuk wisata Tebing Keraton. Dari Tebing Keraton kamu bisa menikmati bentangan hutan kawasan Tahura dari ketinggian. Untuk kamu yang sedang berwisata di kawasan Lembang. Berkunjung ke Tahura Djuanda bisa melalui pintu kawasan Maribaya – Curug Ciomas Maribaya

Hasil search “Curug Ciomas Maribaya” di Google Maps. Kamu akan diarahkan ke pintu yang berada di kawasan Dago.
Hasil search “Tebing Keraton” di Google Maps. Kamu akan diarahkan ke pintu menuju Tebing Keraton

Tiket, Reservasi dan Waktu Operasional.

Menurut website tahurabandung.com. Untuk wisatawan domestik, harga tiket yang dikenakan adalah sebesar 15.000 rupiah per orang. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara dikenakan harga 55.000 ribu rupiah per orang. Harga ini belum termasuk biaya parkir. Biaya parkir untuk kendaraan roda empat adalah 12.000 rupiah. Untuk kendaraan roda dua dikenakan biaya parkir 6.000 rupiah. Tempat parkir di gerbang utama di kawasan Dago maupun gerbang kawasan Maribaya – Curug Omas Maribaya cukup luas.

Di masa pandemi seperti saat ini. Untuk memasuki kawasan Tahura Djuanda, pengunjung diwajibkan reservasi terlebih dahulu. Reservasi bisa dilakukan di website tahura.id. Pada saat reservasi hari dan jam kedatangan bisa dipilih. Jumlah kuota yang masih tersedia juga diinformasikan saat melakukan reservasi. Harap datang sesuai jadwal yang sudah dipilih. Agar tidak terjadi penumpukan pengunjung.

Berkunjung ke Tahura Djuanda diwajibkan untuk reservasi. Sumber: tahura.id

Hal ini sebagai bentuk protokol kesehatan yang diberlakukan pengelola Tahura Djuanda untuk menghindari penyebaran pandemi di wilayah wisata Tahura Djuanda. Pembayaran tiket dilakukan di gerbang pos masuk yang dipilih. Cukup perlihatkan bukti reservasi yang sudah dilakukan. Pada saat pembayaran tiket, diberlakukan penjagaan jarak dengan pengawasan petugas. Pengunjung juga wajib memakai masker dan mencuci tangan sebelum memasuki kawasan.

Antrian pembayaran tiket dan masuk ke Tahura Djuanda dengan protokol kesehatan dan penjagaan jarak.

Waktu operasional Tahura Djuanda adalah pukul 08.00 hingga 17.00. Selama pandemi Tahura Djuanda tidak menerima kegiatan yang sifatnya berkumpul. Seperti gathering ataupun pernikahan.

Fasilitas dan Objek Wisata Kawasan.

Secara garis besar, fasilitas dasar untuk pengunjung cukup memadai. Di tiap pintu gerbang terdapat lapangan parkir. Jika memasuki Tahura Djuanda dari pintu utama Dago, fasilitas – fasilitas utama akan di temukan tidak jauh dari pintu masuk. Mulai dari kantor pusat informasi yang juga ada museum kecil, monumen Ir. H. Djuanda yang ada di seberang museum, lalu fasilitas feeding rabit dan playground. Fasilitas teater terbuka juga terdapat tidak jauh dari pintu masuk utama. Di kawasan tersebut juga terdapat fasilitas umum berupa toilet serta musola, serta warung tradisional yang tertata rapi.

Monumen Ir. H. Djuanda.

Kawasan Pinus, Kolam Pakar, Gua Jepang dan Belanda.

Setelah melewati pintu masuk kawasan pertama yang akan ditemui adalah kawasan pinus. Kemudian akan ada jembatan yang membentang diatas saluran yang mengakibatkan air ke Kolam Pakar. Tak perlu bingung. Setelah pintu masuk akan ada peta kawasan dan penunjuk arah beserta jarak tempuhnya.

Kawasan Pinus di pintu masuk utama.
Kolam Pakar yang bisa dilihat sejak dari pintu masuk utama.
Papan penunjuk arah dan jarak tempuh.

Goa Jepang dan Goa Belanda bisa dicapai setelah 10-20 menit berjalan kaki dari kawasan Pinus tadi. Menuju kawasan ini, pilihan pertama bisa menyusuri jalan lebar yang berujung di Goa Belanda atau melalui jalan setapak ke arah hutan dan lembah yang nantinya menuju ke Goa Jepang. Untuk yang membawa anak kecil saya sarankan mengambil pilihan menyusuri jalan lebar. Di depan kawasan masing – masing goa, bisanya akan ada pemandu yang menawarkan jasa untuk menemani masuk ke dalam gua dan memberikan penjelasan. Namun, saat pandemi, ke dua gua tersebut dilarang untuk dimasuki pengunjung karena sirkulasi udara yang kurang mendukung di dalamnya.

Jalan lebar menuju kawasan Gua Belanda.
Display kawasan wisata.
Kawasan Gua Jepang tempat penulis melakukan prewedding photo shoot.

Kawasan Penangkaran Rusa, Curug, dan Patahan Lembang

Lebih jauh berjalan dari Gua Belanda, akan ada penangkaran rusa. Tidak seperti penangkaran rusa di kawasan Ciwidey yang sudah jadi fokus objek wisata. Penangkaran rusa disini masih terlihat sederhana namun natural. Walaupun begitu, masih bisa jadi sarana yang asik untuk mengedukasi. Sampai kawasan ini, jalan yang ditempuh masih cukup kids friendly. Walau jalan beraspal yang lebar akan terhenti di kawasan Goa Belanda. Selanjutnya jalan yang dilalui adalah jalan setapak. Berjalan lebih jauh dari penangkaran rusa, kamu akan melewati beberapa Curug (Air Terjun), juga kawasan patahan Lembang. Jika kamu sudah tiba di kawasan Curug Omas. Berarti kamu sudah hampir sampai di pintu masuk dari kawasan Maribaya.

Jalan memasuki kawasan hutan Tahura Djuanda.
Curug Omas Maribaya di kawasan pintu masuk Maribaya.

Kawasan Tebing Keraton.

Untuk kawasan ini berbeda pintu masuk. Dari pintu masuk utama Dago, dengan kendaraan bermotor masih perlu menempuh beberapa kilometer dengan kontur jalan yang menanjak. Lokasi kawasan Tebing Keraton ini memang terkesan berada “di luar” Tahura Ir. H. Djuanda, walaupun sebetulnya satu kawasan konservasi yang dikelola oleh Tahura Djuanda. Akses jalannya cukup baik. Jika tiba di kawasan Tebing Keraton, pemandangan yang disajikan adalah seluruh bentangan kawasan Tahura Djuanda. Dari pintu masuk utama hingga pintu masuk Curug Omas Maribaya.

Saat berwisata kemari, kemungkinan beberapa binatang liar akan terlihat di beberapa kawasan. Mohon jangan memberi makan sembarangan. Selain itu baiknya barang bawaan dibawa di tas ransel, ya!

Kera ekor panjang yang sering terlihat di kawasan Tahura Djuanda.
Tanda laranagn memberikan makanan pada hewan liar di kawasan Tahura Djuanda.

Wisata, Pandemi, dan Industri Kreatif.

Berwisata ke hutan konservasi seperti Tahura Ir. H. Djuanda ini memang bisa jadi alternatif wisata di masa pandemi. Prokes yang dilaksanakan pengelola ketat dengan pembatasan kuota pengunjung perhari, kawasan hutan seluas ratusan hektar dengan berbagai kawasan wisata yang tersedia membuat pengunjung tidak berkumpul di satu tempat. Penat pun hilang saat menikmati udara sejuk pegunungan dan hijaunya hutan tropis.

Sesungguhnya, berwisata ke Tahura Djuanda saya dan keluarga lakukan hampir sebulan sekali saat sebelum pandemi. Namun, selama pandemi 1,5 tahun sejak 2020. Saya dan keluarga baru sekali saja berwisata sekali saja kesini. Sangat disayangkan banyak potensi yang akhirnya “melempem” karena pandemi yang mau tidak mau harus menyesuaikan diri.

Kawasan ini sebetulnya menjadi salah satu kawasan industri kreatif yang berkelanjutan. Nampaknya di keadaan seperti sekarang, yang paling baik dilakukan adalah mempelajari suatu ilmu agar nantinya bisa untuk pengembangan kawasan wisata, ekonomi dan industri kreatif seperti Tahura Djuanda ini. Salah satunya adalah dengan menempuh pendidikan di Fakultas Design dan Industri Kreatif Universitas Esa Unggul. Belajarlah di Universitas Esa Unggul lalu datang tidak hanya untuk berwisata.Namun turut serta mengembangkan daerahnya.

Tahura Djuanda, kawasan wisata konservasi yang mempunyai potensi industri kreatif.

Terakhir, untuk yang ingin berwisata kemari. Mohon tetap perhatikan kebijakan yang berlaku di kawasan wisata ini. Jika wilayah yang akan didatangi merupakan zona sedang dan tinggi pandemi. Mohon rencanakan ulang berwisata di lain waktu, ya! 

“Semoga pandemi ini segera berakhir sehingga pariwisata dan industri kreatif di sekitar kota kita tinggal bisa melesat kembali.”

Begitulah cerita saya tentang Tahura Djuanda yang jadi tempat wisata favorit di Bandung Raya. Semoga informasi pada artikel ini bermanfaat untuk semua.

Video kawasan Tahura Djuanda.
Sumber: tahurabandung.com

Sampai jumpa pada artikel berikutnya, see you!

#inikotaku #esaunggul

Kompleks Tahura Djuanda

Jl. Ir. H. Juanda No.99, Ciburial, Kec. Cimenyan, Bandung, Jawa Barat 40198.
Buka Setiap Hari.
Pukul 07.00 – 17.00.
Reservasi Online: https://tahura.id
Email: support@tahurabandung.com
Instagram: @tahura.id dan @tahuradjuanda.official
Facebook: tahura.id


Sumber:

Gambar:

Video:
https://tahurabandung.com/. Diakses pada 27 Juni 2021.

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Blog di Universitas Esa Unggul”

Tinggalkan komentar